Minggu, 04 Juli 2010

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru

Hasil pemeriksaan fungsi paru pada 50 orang pekerja

Kabupaten Pati :

Tempat kerja : Pembakaran gamping

Jenis paparan : Debu Gamping

Jumah Sampel : 50

nORMAL : 4 %

PFP (Pemeriksaan Fungsi Paru: 96%


Klaten
Jenis Kegiatan : Pembuatan kain Tenun
Jenis Paparan : Debu Kapas
Jumlah Sampel : 50
Normal :0
PFP :100%

Sukoharjo
Jenis Kegiatan : Peternakan ayam
Jenis paparan : Debu kotoran ayam
Jumlah sampel :50
Normal : 4 %
PFP : 100%

Data tersebut memberikan suatu gambaran, bahwa:

a. Debu kapas memberikan kontribusi terbesar terjadinya pneumokoniosis, dibandingkan dengan debu gamping dan debu kotoran ayam. Bahkan angka kejadian pneumokoniosis (100%) di Kabupaten Klaten melampaui angka kejadian di Inggris, Belanda dan Swedia (50%)

Berdasarkan konsep probabilitas, hal itu dapat terjadi oleh karena :

- Tempat kerja tidak menyediakan alat pelindung kerja (masker)

- Tempat kerja menyediakan alat pelindung kerja, tetapi pekerja tidak mau memanfaatkannya.

- Kurangnya sosialisasi tentang faktor resiko terjadinya bisinosis terhadap para pekerja

b. Meskipun angka kejadian pneumokoniosis akibat paparan debu gamping dan kotoran ayam tidak setinggi angka kejadian pneumokoniosis akibat paparan debu kapas, namun hal itu tidak bisa diabaikan karena angka kejadiannya masih cukup tinggi yaitu (96%).

B. Pembahasan Hasil Pengukuran Debu Perorangan

Hasil pengukuran debu perorangan pada 6 orang pekerja

Kabupaten Pati:

TEmpat kerja : Pembakaran batu gamping

Jenis paparan : Batu gamping

Jumlah sampel : 6

Dibawah NAB : 100%

Diatas NAB : 0

Kabupaten Klaten:

TEmpat kerja : Pembuatan kain tenun

Jenis paparan : Debu kapas

Jumlah sampel : 6

Dibawah NAB : 50%

Diatas NAB : 50%

Kabupaten Sukoharjo:

TEmpat kerja : Peternakan ayam

Jenis paparan : debu kotoran ayam

Jumlah sampel : 6

Dibawah NAB : 100%

Diatas NAB : 0

Data tersebut memberikan suatu gambaran, bahwa : Paparan debu kapas paling tinggi daya lekatnya pada permukaan tubuh pekerja (diatas NAB50%), dibandingkan dengan debu gamping dan kotoran ayam (diatas NAB 0%)

Berdasarkan konsep probabilitas, hal itu dapat terjadi oleh karena :

- Pengelola tempat kerja tidak menyediakan alat pelindung kerja, pakaian kerja/jas kerja

- Pengelola tempat kerja menyediakan alat pelindung kerja, tetapi pekerja tidak mau memanfaatkannya.

- Kurangnya sosialisasi tentang faktor resiko terjadinya bisinosis terhadap para pekerja

C. Pembahasan Hasil Pengukuran Debu di Lingkungan Kerja

Hasil pengukuran debu pada dilingkungan kerja

Kabupaten Pati:

TEmpat kerja : Pembakaran batu gamping

Jenis paparan : Batu gamping

Jumlah sampel : 2

Dibawah NAB : 0

Diatas NAB : 100%

Kabupaten Klaten:

TEmpat kerja : Pembuatan kain tenun

Jenis paparan : debu kapas

Jumlah sampel : 2

Dibawah NAB : 0

Diatas NAB : 100%

Data tersebut memberikan suatu gambaran, bahwa :

a. Pengelolaan lingkungan tempat kerja di pembakaran gamping dan pembuatan kain tenun sangat buruk, karena hasil penelitian dua sampel yang diajukan 100% melampui nilai ambang batas (NAB)

b. Meskipun pengelolaan lingkungan tepat kerja di peternakan ayam tidak begitu buruk tetapi masih kurang baik, karena hasil penelitian dua sampel yang diajukan 50% melampui nilai ambang batas (NAB)

Berdasarkan konsep probabilitas, hal itu dapat terjadi oleh karena :

- Pengelola tempat kerja tidak memahami arti pentingnya lingkungan yang sehat akan meningkat produktivitas tenaga kerja

- Pengelola tempat kerja memahami arti pentingnya lingkungan yang sehat akan meningkat produktivitas tenaga kerja, tetapi oleh karena alasan finansial tidak mampu membangun sarana dan prasarana lingkungan kerja yang sehat

- Pengelola tempat kerja memahami arti pentingnya lingkungan yang sehat akan meningkat produktivitas tenaga kerja, tetapi pengelolanya bersikap skeptis. Artinya, meskipun secara finansial pengelolanya mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk menjaga kesehatan lingkungan, tetapi hal itu tidak dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar